Saudaraku…
Semua orang mendamba kebahagiaan hidup. Apapun jabatan yang disandangnya. Apapun profesi yang digelutinya. Apapun status sosialnya dan levelnya. Berapa usia dan jenis kelaminnya. Dan seterusnya.
Semua orang mendamba kebahagiaan hidup. Apapun jabatan yang disandangnya. Apapun profesi yang digelutinya. Apapun status sosialnya dan levelnya. Berapa usia dan jenis kelaminnya. Dan seterusnya.
Namun terkadang kebahagiaan itu semakin dikejar, justru semakin
menjauh dari kehidupan kita. Karena kebahagiaan bathin tak bisa dibeli
dengan harta dunia, intan permata, emas dan mutiara. Dan bahkan tak
mungkin ditukar dengan seluruh kekayaan seisi perut bumi ini.
Tiada garansi, orang yang bergaji 20 ribu dolar atau 30 ribu real,
lebih bahagia daripada mereka yang bergaji 200 dolar atau 600 real
perbulan. Tiada jaminan, orang yang memiliki jabatan bergengsi, lebih
bahagia daripada orang yang menggarap lahan sawah ladang milik orang
lain. Dan jangan pernah kita mengira bahwa orang yang bekerja sebagai
buruh bangunan dan yang seirama dengan itu, tiada pernah mengecap
kebahagiaan?.
Fakta berbicara, tidak sedikit pejabat yang stres saat masa
jabatannya hampir berakhir. Banyak orang kaya raya yang linglung, karena
memiliki anak keturunan yang selalu menghitamkan wajah orang tua. Dan
mungkin ada pengusaha sukses yang terpaksa mengakhiri hidupnya dengan
bunuh diri lantaran istri pujaan hatinya selingkuh dengan mantan
pacarnya. Dan seterusnya.
Kebahagiaan itu erat hubungannya dengan hati kita. Ia sangat dekat dengan iman yang subur. Hati yang bersyukur. Lisan yang selalu basah dengan zikir. Mata dan akal yang bertafakkur.
Apakah kita termasuk orang yang telah berbahagia di dunia ini? Bisa
iya bisa juga tidak. Apa indikator kebahagiaan kita?. Mari kita cerna
parameter kebahagiaan hidup menurut menantu Rasulullah saw; yaitu Ali
bin Abi Thalib ra.
Saudaraku..
Ali bin Abi Thalib ra pernah berkata, “Indikator kebahagiaan seseorang ada 5 perkara:
Ali bin Abi Thalib ra pernah berkata, “Indikator kebahagiaan seseorang ada 5 perkara:
• An takuna zaujatuhu muwafiqah (memiliki pendamping hidup yang taat).
• Auladuhu abraran (mempunyai anak-anak yang berbakti).
• Ikhwanuhu atqiya’ (dikelilingi sahabat-sahabat yang bertakwa).
• Jiranuhu shalihin (hidup di tengah tetangga-tetangga yang shalih).
• Wa rizquhu fii baladihi (memiliki sumber penghasilan tetap di negeri sendiri).
(mawa’izh as shahabah, Shalih Ahmad Al Syami).
(mawa’izh as shahabah, Shalih Ahmad Al Syami).
Saudaraku..
Kita selaku suami, model apapun, hati kita teramat mekar dan berbunga-bunga jika memiliki bidadari yang taat kepada Allah, rasulnya dan mentaati kita. Seolah-olah surga dunia telah menjadi milik kita. Walaupun kita hidup di tempat yang sepi dari keramaian. Meskipun kita tinggal di rumah gubuk yang reot. Walaupun kita hanya memiliki kendaraan sepeda model 70-an.
Kita selaku suami, model apapun, hati kita teramat mekar dan berbunga-bunga jika memiliki bidadari yang taat kepada Allah, rasulnya dan mentaati kita. Seolah-olah surga dunia telah menjadi milik kita. Walaupun kita hidup di tempat yang sepi dari keramaian. Meskipun kita tinggal di rumah gubuk yang reot. Walaupun kita hanya memiliki kendaraan sepeda model 70-an.
Istri yang taat, akan setia menemani kita apapun cuaca buruk di luar
sana; mendung, berawan, gelap, bersalju, terik, hujan, petir, angin
kencang dan bahkan gempa dan tsunami sekalipun.
Ia tetap setia walaupun kemiskinan mendera kita. Sakit menggelayut di
badan kita. Kegagalan sering menyapa kita. Dan walaupun kita harus
hidup di lubang buaya sekalipun.
Kehadirannya di sisi, membantu kita taat kepada Allah. Membuat kita
qana’ah dengan pemberian-Nya. Tetap tenang menyisiri hari-hari kita.
Walaupun gelombang hebat menerpa. Gempa menerjang. Dan topan menghantam
rumah tangga kita.
Itulah istri shalihah, yang merupakan perhiasan dunia terindah yang
kita punya. “Dunia adalah perhiasan, dan sebaik-baiknya perhiasan dunia
adalah wanita (istri) yang shalihah.” H.R; Muslim dan Nasa’i.
Saudaraku..
Anak keturunan bisa mengangkat atau menjatuhkan martabat orang tua di dunia dan akherat.
Anak keturunan bisa mengangkat atau menjatuhkan martabat orang tua di dunia dan akherat.
Bisa dibayangkan, bagaimana perasaan orang tua jika memiliki
anak-anak yang shalih, berprestasi di sekolah, dikenal kebaikannya di
tempat kerja dan masyarakat, memiliki hafalan al Qur’an dan hadits yang
tidak sedikit. Bukankah nama orang tua juga menjadi harum?. Walaupun
orang tuanya, adalah orang biasa.
Sebaliknya, nama baik orang tua menjadi tercoreng, jika memiliki
anak-anak yang buruk perangainya, ringkih kepribadiannya, lemah
prestasinya di sekolah dan seterusnya. Orang tua akan tersiksa
karenanya. Meskipun orang tua memiliki kedudukan dan tempat yang luas di
masyarakatnya.
Maka biasanya kita selaku orang tua, akan mengeluarkan biaya
seberapapun besarnya untuk membiayai pendidikan anak-anak kita, selama
ada jaminan mereka menjadi shalih, berbakti, berprestasi dan bermanfaat
bagi agama dan masyarakat.
Anak-anak yang shalih dan berbakti, merupakan investasi terbesar milik kita. Untuk dunia dan akherat kita.
Saudaraku..
Hidup dikelilingi sahabat-sahabat yang bertakwa, merupakan harapan kita insan beriman. Yang akan memperindah dan mencerahkan langit-langit hati kita. Karena mereka akan selalu menularkan warna ketakwaannya kepada kita. Tulus dan ikhlas dalam bersahabat, tak pernah mengharap pamrih dari kebaikannya.
Hidup dikelilingi sahabat-sahabat yang bertakwa, merupakan harapan kita insan beriman. Yang akan memperindah dan mencerahkan langit-langit hati kita. Karena mereka akan selalu menularkan warna ketakwaannya kepada kita. Tulus dan ikhlas dalam bersahabat, tak pernah mengharap pamrih dari kebaikannya.
Kehadiran mereka dalam hidup, membuat kita bangkit dari keterpurukan.
Merasa kaya dalam kekurangan. Merasa sehat walau sakit mendera tubuh.
Mampu tersenyum dalam keperihan kita. Rela dalam menjalani hidup.
Semangat dalam berjuang. Dan kuat dalam kepribadian.
Saudaraku..
Hidup di tengah-tengah tetangga yang tidak berbudi pekerti mulia, seperti menggenggam bara api. Kesejukan dan kedamaian hidup sirna. Jiwa resah dan hati diselimuti kecemasan.
Hidup di tengah-tengah tetangga yang tidak berbudi pekerti mulia, seperti menggenggam bara api. Kesejukan dan kedamaian hidup sirna. Jiwa resah dan hati diselimuti kecemasan.
Jika kita memiliki kekayaan, jabatan, kekuatan dan senada dengan itu.
Mereka akan merongrong kita. Sebaliknya jika kita lemah, miskin dan tak
mampu, maka kita akan dilindas, ditindas dan direndahkannya.
Wajar, jika Nabi saw mengelompokan orang yang sering menagganggu
tetangganya sebagai orang yang tiada memiliki keimanan, “Barangsiapa
yang beriman kepada Allah dan hari akhir, makan janganlah ia mengganggu
tetangganya.” H.R; Bukhari.
Saudaraku..
Sungguh indah, jika kita memiliki income tetap di negeri sendiri tak perlu merantau ke tempat lain apalagi ke luar negeri. Tiada kebahagiaan yang lebih besar kita rasakan daripada berkumpul bersama anak dan istri kita serta kita mampu menafkahi keluarga dari sumber rezki yang halal dan tahyyib.
Sungguh indah, jika kita memiliki income tetap di negeri sendiri tak perlu merantau ke tempat lain apalagi ke luar negeri. Tiada kebahagiaan yang lebih besar kita rasakan daripada berkumpul bersama anak dan istri kita serta kita mampu menafkahi keluarga dari sumber rezki yang halal dan tahyyib.
Banyak kasus yang membukakan mata kita bahwa berjauhan dengan
keluarga dengan alasan mengais rezki dan memahat masa depan keluarga,
ternyata resikonya tidak ringan. Sering terjadi kesalahpahaman antar
pasutri. Anak-anak yang merasa tidak mendapat curahan kasih sayang dari
orang tua. Pengawasan terhadap anak-anak menjadi lemah. Pendidikan
anak-anak kurang mendapat perhatian yang cukup dan seterusnya.
Terlebih kebutuhan asasi pasutri, yakni nafkah bathin menjadi
tersendat. Padahal kepuasan pasutri di tempat tidur merupakan separoh
dari kunci keharmonisan rumah tangga. Hal ini yang terkadang memicu
suami mengambil teman tapi mesra dan istri memiliki PIL, pria idaman
lain. Na’udzu billah min zalik. Terlebih ketika pasutri tak merawat
dengan baik iman yang ada dalam hatinya.
Maka, berpenghasilan yang halal dan thayyib di negeri sendiri.
Berkumpul dengan keluarga, sanak saudara dan kerabat membuat hidup kita
terasa berpelangi. Kenyamanan dan keamanan bathin membuncah memenuhi
ruang hati kita.
Saudaraku..
Mudah-mudahan 5 indikator kebahagiaan hidup ini telah kita miliki di dunia. Dan menjadi inspirasi bagi kita untuk meraihnya di akherat sana. Amien.
Mudah-mudahan 5 indikator kebahagiaan hidup ini telah kita miliki di dunia. Dan menjadi inspirasi bagi kita untuk meraihnya di akherat sana. Amien.
No comments:
Post a Comment